Faslun.
Al-ladzi la yufthiru mimma yashilu
ila al-jaufi sab’atu afrodin, ma yashilu ila al-jauf bi-nisyanin au jahlin au
ikrohin wa bi-jiryani riqin bi-ma bayna asnanihi wa qod ‘ajiza ‘an majjihi
li-‘udzrihi.
Wa ma washola ila al-jauf wa kana gubara thoriqin wa ma washola ilaihi wa kana gurbalata
daqiqin atu dubaban thairan au nahwahu.Wa ma washola ila al-jauf wa kana gubara thoriqin wa ma washola ilaihi wa kana gurbalata
Wa al-lahu a’lam bi as-showab. Nas’alu al-laha al-karim bi-jahi nabiyyihi al-wasyim an yukhrijadi min ad-dunya musliman wa walidayya wa ahibba’y wa man ilayya intama wa an yaghfiroly wa lahum muqhimatin wa lamama wa shola allohu ‘ala sayyidina muhammad ibnu ‘abdullahi bin ‘abdu al-muthallibi bin hasyim bin ‘abdu manafin wa rosuli al-malahim habibi allah al-fatih al-khotim wa alihi wa sohbohi ajma’in wa al-hamdu lillahi robbi al-‘alamina.
Perkara-perkara
yang tidak membatalkan puasa sesudah sampai ke rongga mulut ada tujuh macam,
yaitu:
1. Ketika kemasukan sesuatu seperti makanan ke rongga mulut denga lupa
1. Ketika kemasukan sesuatu seperti makanan ke rongga mulut denga lupa
2. Atau tidak tahu hukumnya .
3. Atau dipaksa orang lain.
4. Ketika kemasukan sesuatu ke dalam rongga
mulut, sebab air liur yang mengalir diantara gigi-giginya, sedangkan ia tidak
mungkin mengeluarkannya.
5. Ketika kemasukan debu jalanan ke dalam
rongga mulut.
6. Ketika kemasukan sesuatu dari ayakan
tepung ke dalam rongga mulut.
7. Ketika kemasukan lalat yang sedang
terbang ke dalam rongga mulut.
Syarh atau
Penjelasan Kitab Safinah an-Najah:
Ada tujuh kondisi atau keadaan yang menyebabkan tidak
membatalkan puasa segenap sesuatu yang sampai dan masuk ke dalam perut
seseorang. Pertama, dengan sebab lupa. Sebagaimana hadits Nabi yang menyatakan
bahwa “Barang siapa yang lupa bahwa ia adalah orang yang sedang berpuasa kemudian
makan atau minum maka orang itu harus tetap melanjutkan dan menyempurnakan puasanya,
sedangkan makanan dan minuman yang tertelah adalah pemberian Allah bagi
dirinya”, diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, dan hadits tersebut termasuk
hadits sahih. Kedua, dengan sebab tidak tahu. Ketiga, dipaksa agar makan atau
minum.
Keempat, mengalirnya ludah yang ada di antara sela-sela gigi dan tidak mampu untuk meludahkan atau mengeluarkannya disebabkan ada udzur. Berbeda dengan riak atau dahak yang dapat dikeluarkan dengan mudah, maka harus dikeluarkan dan tidak boleh ditelan. Demikian juga semisal ada sisa-sisa Kopi di dalam mulut, lidah dan gigi seseorang yang kebetulan minum kopi menjelang fajar, maka sisa-sisa Kopi itu harus dikeluarkan dari mulutnya sampai tidak tersisa. Kelima, debu jalanan yang masuk ke dalam perut, baik debu yang suci atau najis—meskipun najis mughalladhah maka tidak membatalkan puasa.
Keenam, debunya gelepung atau tepung terigu atau aci yang berterbangan masuk ke dalam perut seseorang maka tidak membatalkan puasa.
Ketujuh, lalat atau nyamuk dan sesamanya yang terbang memasuki mulut seseorang kemudian tertelan, maka tidak membatalkan puasa sebab susah untuk dihindarinya.
Akhir kata sebagai kata penutup (epilog) kitab as-Safinah an-Najah ini, penulis kitab ini mengatakan dengan penuh kerendahan hatinya bahwa hanya Allah yang maha mengetahui hakikat kebenaran. Kami memohon kepada Allah, dengan ditempatkan bersama Nabi dan para rasulNya yang agung, agar Allah mengeluarkan kami dari dunia dalam keadaan muslim, demikian juga kedua orang tua, dan kami berharap supaya Allah memberikan maaf dan ampunannya pada kami, para kekasih dan orang-orang yang sebangsa dan setanah air dengan kami atas dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang telah kami perbuat.
Keempat, mengalirnya ludah yang ada di antara sela-sela gigi dan tidak mampu untuk meludahkan atau mengeluarkannya disebabkan ada udzur. Berbeda dengan riak atau dahak yang dapat dikeluarkan dengan mudah, maka harus dikeluarkan dan tidak boleh ditelan. Demikian juga semisal ada sisa-sisa Kopi di dalam mulut, lidah dan gigi seseorang yang kebetulan minum kopi menjelang fajar, maka sisa-sisa Kopi itu harus dikeluarkan dari mulutnya sampai tidak tersisa. Kelima, debu jalanan yang masuk ke dalam perut, baik debu yang suci atau najis—meskipun najis mughalladhah maka tidak membatalkan puasa.
Keenam, debunya gelepung atau tepung terigu atau aci yang berterbangan masuk ke dalam perut seseorang maka tidak membatalkan puasa.
Ketujuh, lalat atau nyamuk dan sesamanya yang terbang memasuki mulut seseorang kemudian tertelan, maka tidak membatalkan puasa sebab susah untuk dihindarinya.
Akhir kata sebagai kata penutup (epilog) kitab as-Safinah an-Najah ini, penulis kitab ini mengatakan dengan penuh kerendahan hatinya bahwa hanya Allah yang maha mengetahui hakikat kebenaran. Kami memohon kepada Allah, dengan ditempatkan bersama Nabi dan para rasulNya yang agung, agar Allah mengeluarkan kami dari dunia dalam keadaan muslim, demikian juga kedua orang tua, dan kami berharap supaya Allah memberikan maaf dan ampunannya pada kami, para kekasih dan orang-orang yang sebangsa dan setanah air dengan kami atas dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang telah kami perbuat.
WALLAHU A’LAM.
0 Response to " YANG TIDAK MEMBATALKAN PUASA"
Post a Comment